Tergesa-gesa adalah dari Syaithan (Nasihat untuk Ustadz Firanda kepada Hal yang Lebih Baik)

  • 10 Years ago

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

التَّأَنِّي مِنَ اللَّهِ، وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Ketenangan ‘tidak tergesa-gesa’ adalah dari Allah, sedangkan ketergesa-gesaan adalah dari syaithan.” [1]

 

Memang syaithan sangat pandai menyesatkan manusia. Dengan ketergesa-gesaan, seseorang dicelakakan masuk ke dalam perbuatan-perbuatan yang akibatnya tidak dia pertimbangkan pada masa mendatang. Termasuk ketergesa-gesaan, seseorang menulis sebelum mencermati seluruh cabang permasalahan serta menjawab sebelum berpikir lebih dalam. Oleh karena itu, dalam buku-buku adab, disebutkan bahwa ketergesa-gesaan adalah sumber segala penyesalan.

Setelah bagian pertama yang merupakan pendahuluan dari tulisan Saya yang berjudul Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda keluar, dalam waktu ringkas Ustadz Firanda sudah mengeluarkan tiga tulisan:

1. Ada Apa Dengan Radio Rodja & Rodja TV (bag 8)? – Gelaran-Gelaran Indah Ustadz Dzulqarnain

2. Ada Apa Dengan Radio Rodja & Rodja TV (bag 9)? – Tanggapan Buat Al-Ustadz Dzulqornain hafizohulloh

3. Ada Apa Dengan Radio Rodja & Rodja TV (bag 10)? – Tanggapan untuk Al-Ustadz bag 2

Memang suatu hal yang menyedihkan tatkala seseorang menulis dalam keadaan panik dan tidak memikirkan manfaat tulisannya.

 

Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak Ustadz Firanda untuk menuju kepada hal yang lebih baik dan bermanfaat, insya Allah.

 

Pertama, hendaknya seseorang menulis sesuatu yang memberi manfaat ilmiah kepada para pembaca.

Dalam penyajian bantahan, Saya berusaha untuk menampilkan pendalilan-pendalilan dari Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, disertai dengan “kemilau mutiara” tuturan para Salaf dan para ulama masa kini serta syair-syair bijaksana, baik dalam penanaman kaidah maupun dalam sela-sela bantahan.

Walaupun tidak menyetujui bantahan Saya terhadap Ustadz Firanda, Saya berharap agar seorang pembaca akan keluar dengan suatu faidah yang bisa dia ambil manfaatnya -meski hanya sebuah faidah- dari tulisan Saya untuk masa mendatang dalam kehidupannya.

Alhamdulillah, ulama-ulama Kita memang selalu menghiasi setiap tulisannya dengan faidah-faidah ilmiah sehingga murid-muridnya terbiasa dengan hal tersebut.

Namun, Kita sangat menyayangkan bahwa, pada tulisan Ustadz Firanda bagian ke-8, ke-9, dan ke-10, Kita tidak menemukan satu ayat dan satu hadits pun, kecuali satu ayat dari status orang lain yang Ustadz Firanda sebut di tulisan bagian ke-8. Juga, Kita sangat menyayangkan bahwa Kita tidak menemukan satu atsar pun dari “mutiara” Salaf yang bisa menjadi bekal pembacanya.

Yang lebih menakjubkan lagi adalah bahwa, dari tulisan pertamanya hingga ke-7, Ustadz Firanda tidak menyebutkan satu ayat pun dari dirinya sendiri, dan hanya menyebut tiga hadits di tulisan pertama. Memang ada beberapa ayat dan hadits yang terikut dalam ucapan fatwa ulama yang Ustadz Firanda bawakan.

Seharusnya, dalam bantahan ilmiah, seseorang menundukkan argumen pembantahnya dengan dalil-dalil dari Al-Qur`an dan Sunnah serta ucapan para Salaf dan ulama.

Adapun sekadar berpendapat, semua manusia bisa berpendapat dan mampu membantah pendapat orang lain dengan pendapatnya sendiri.

Yang Saya ketahui adalah bahwa, apabila seseorang terbiasa dengan sesuatu atau sesuatu itu melekat di hatinya, niscaya sesuatu itu akan banyak dia sebut dan mewarnai ucapannya.

Malik bin Dînar berkata,

عَلامَةُ حُبِّ اللَّهِ دَوَامُ ذِكْرِهِ، لأَنَّ مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا أَكْثَرَ ذِكْرَهُ

“Tanda kecintaan kepada Allah adalah terus-menerus mengingat-Nya. Karena, siapa saja yang mencintai sesuatu, dia akan banyak mengingat sesuatu tersebut.” [2]

Demikian pula, seseorang yang hatinya terlalu terikat dengan dunia akan banyak membicarakan dunia, sebagaimana perkataan sejumlah Salaf.

Oleh karena itu, Saya berharap agar Ustadz Firanda tidak usah memuat status Facebook dalam bantahannya, apalagi bukan merupakan hal yang diperhitungkan sebagaimana pada bantahan ke-8, juga tidak perlu terlalu banyak memperhitungkan like karena hal itu bisa merusak keikhlasan, dan tidak perlu sibuk memperhatikan komentar atau curhat seseorang yang kebenarannya belum tentu bisa dipastikan.

 

 

 

Kedua, janganlah memperluas permasalahan, dan fokuslah pada inti pembahasan.

Ustadz Firanda sendiri telah mengajak, “Akan tetapi, Kita kembali ke PERMASALAHAN INTI !!!, kenapa al-Ustadz mentahdzir Radiorodja, Ustadz Yazid Jawas dll, bahkan pernah al-Ustadz mengumpulkan tanda tangan sembilan ustadz untuk mentahdzir atau mentabdi’ para ustadz, diantaranya al-Ustadz Yazid !!!.”[3]

Namun, Ustadz Firanda sendiri lebih banyak membias dan ingin memalingkan perhatian dari inti permasalahan. Ustadz Firanda telah mengakui hal tersebut dalam ucapannya, “Demikian dulu catatan ringan atas tanggapan al-Ustadz Dzulqornain, akan tetapi semua catatan tersebut bukan masalah pokok dan inti. Saya lebih tertarik untuk membahas masalah manhaj yang saya utarakan, seperti aqidah syaikh Robi’ bahwa wajib membenci mubtadi’ muslim 100 persen, dan para salaf dahulu menghajr tanpa melihat maslahat. Ini yang saya lebih nantikan, karena inilah yang sangat berpengaruh pada sifat keras saudara-saudara kita dari jama’ah tahdzir. Demikian juga kesalahan firanda dalam persalahan muwaazanah, itu juga sangat saya nantikan, dan saya harap al-Ustadz Dzulqornain mendahulukan permasalahan ilmiyah ini setelah permasalahan Syaikh Robi’ agar dialog menjadi focus, bukan katanya dan katanya…”[4]

Pada tulisan saya di bagian pertama, Saya telah menjelaskan inti pembahasan yang akan kita bahas, yaitu:

1. Dosa Firanda terhadap Ilmu dan Ulama

2. Membela Prinsip Ahlus Sunnah Seputar Pembahasan Iman

3. Penyimpangan Firanda Seputar Manhaj Muwâzanah

4. Mengupas Pemikiran Firanda Seputar Hajr, Tahdzir, dan Menyikapi Kesalahan

5. Firanda dan Pembelaan terhadap Ihyâ` At-Turâts

6. Memeriksa Orang-Orang Bermasalah yang Dibela oleh Firanda

7. Tuduhan Haddadiyah terhadap Orang yang Mengkritik dengan Haq

8. Harga Kedustaan di sisi Firanda

9. Mengharuskan Pendapat yang Tidak Diucapkan oleh Pengkritiknya

10. Firanda dan Menimbang dengan Dua Timbangan

Insya Allah hal-hal yang diusulkan sebagai pokok pembahasan dan ditunggu oleh Ustadz Firanda itu akan masuk dalam rangkaian pembahasan di atas. Oleh karena itu, hendaknya Ustadz Firanda fokus pada pembahasan.

Juga, Saya perlu mengingatkan bahwa pembahasan seputar sisi-sisi ilmiah tahdzir terhadap Rodja, Ustadz Yazid, dan lain-lain akan Saya terangkan dalam pembahasan Mengupas Pemikiran Firanda Seputar Hajr, Tahdzir, dan Menyikapi Kesalahan.

 

 

 

Ketiga, berkaitan dengan tantangan dialog terbuka dan “meja hijau”.

Kedua hal tersebut sangatlah mengherankan, atau mungkin lebih tepat dikatakan panik dan membabi buta.

Pada bagian pertama bantahan Saya, Saya telah menerangkan berbagai proses yang ditempuh untuk mengajak Ustadz Firanda dan kawan-kawan untuk lebih baik. Juga, setelah jawaban Syaikh Shalih Al-Fauzân terhadap surat Saya keluar, Saya tidak membuat bantahan apapun dan masih membuka pintu untuk Ustadz Firanda dan kawan-kawannya jika ingin duduk bersama.

Ternyata, Ustadz Firanda sendiri yang mulai menantang Saya untuk mengeluarkan bantahan yang telah Saya hapus dari situs Saya sebagaimana dalam e-mail-nya, pada Kamis, 3 Oktober 2013, “Aslamu’laikum, ustadz insya Allah ana akan posting kembali tulisan tentang ada apa dengan radio rodja, mengingat kawan-kawan antum berbicara seenaknya tentang radiorodja yg menebarkan sunnah. kalau antum ingin posting kembali tulisan bantahan antum tafaddol. Oh iya atau bila perlu dan sangat perlu antum terjemahkan surat antum ke syaikh sholeh fauzam, agar menjadi pembelajaran. Jika antum tdk punya waktu dan kesempatan insya Allah nanti ada yang nerjmahkan. Baarokallahu fiik”.

Kemudian, Ustadz Firanda membuat berbagai bantahan yang mengandung sejumlah penyimpangan besar dari dakwah Salafiyah dan pelecehan terhadap ulama.

Hingga tulisan ke-7, Ustadz Firanda masih saja menantang Saya untuk meladeninya dengan ucapannya, “Ala kulli Haal…saya masih menunggu bantahan ilmiyah dari ketiga ustad yang mulia, al-Ustadz Dzulqornai, al-Ustadz Luqman Ba’abduh (sang nara sumber penyesatan radiorodja) dan al-Ustadz Askari hafizohumulloh.”[5]

Setelah bagian pertama tulisan Saya keluar, Ustadz Firanda mungkin kalang kabut, panik, dan membabi buta. Hal ini sangat tampak dalam tiga tulisannya yang menanggapi keluarnya bagian pertama tulisan Saya.

Jadi, sungguh sangat mengherankan bila, pada saat Saya sudah mulai masuk membantah secara ilmiah dan telah menentukan pokok-pokok pembahasan, tiba-tiba Ustadz Firanda meminta dialog terbuka secara live agar diikuti oleh seluruh Salafiyyin. Sekali lagi ini adalah sikap Ustadz Firanda yang tidak fokus dan cenderung ingin memperunyam masalah.

Alhamdulillah, Saya bersyukur kepada Allah yang memberi keberanian di dalam hati Saya untuk berdialog menghadapi orang yang menyimpang menurut Saya. Barangkali Ustadz Firanda juga mengetahui hal itu.

Akan tetapi, kalau dialog dalam tulisan ilmiah (yang lebih valid daripada dialog terbuka) saja keadaan Ustadz Firanda sudah seperti ini, bagaimana mungkin Saya menyia-nyiakan waktu Saya menghadapi Ustadz Firanda dalam suatu dialog terbuka!?

Para Salaf hanya memperbolehkan dialog yang bermashlahat. Adapun hal yang tidak bermashlahat dan bermanfaat, perkara tersebut tercela di kalangan Salaf.

Dari Abu Umamah radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ {مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ}

“Tidaklah suatu kaum tersesat setelah berada di atas suatu petunjuk, kecuali orang-orang senang ber-jidal ‘debat, bantah-membantah’. Kemudian beliau membaca, ‘Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, kecuali dengan maksud ber-jidal saja. Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.’ [Az-Zukhruf: 58].” [6]

 

Berkaitan dengan ancaman “meja hijau”, hal ini juga Saya anggap sebagai kepanikan dan ketergesa-gesaan. Seakan-akan Ustadz Firanda tidak memikirkan arti kalimat yang ia ucapkan.

Seorang penuntut ilmu, apalagi seseorang yang merasa dirinya sudah layak membantah para ulama, seharusnya selalu mengingat bahaya dan konsekuensi berhukum dengan selain hukum Allah, serta tidak memberi contoh kepada manusia berupa hal yang bertentangan dengan syariat. Karena, hukum yang berlaku di negara Kita ini secara umum tidak bersumber dari Al-Qur`an dan hadits, apalagi disertai dengan pemahaman Salaf.

 

Meski selalu memohon kepada Allah agar dijaga dari segala fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi, Saya menyadari bahwa memang harus ada kesabaran terhadap berbagai risiko dalam dakwah. Kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, Sa’d bin Abu Waqqâsh radhiyallâhu ‘anhu bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang cobaannya paling berat?”

Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjawab,

الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ فَإِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى الأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيْئَةٍ

“(Manusia yang paling berat cobaannya) adalah para nabi, kemudian orang-orang yang semisal (dengan mereka), lalu orang-orang yang semisal (dengan mereka). Seorang hamba diuji sesuai dengan kadar agamanya. Apabila agamanya kuat, cobaannya akan bertambah. Jika agamanya lembek, dia diuji sesuai dengan kadar agamanya. Cobaan terus-menerus menimpa hamba hingga dia dibiarkan berjalan di atas bumi tanpa (menyandang) satu dosa pun.” [7]

Yang jelas, Saya tidak akan pernah mundur dari membela suatu kebenaran dan tidak takut menghadapi risiko apapun di belakang hal tersebut.

Pemuka ulama Hanbaliyah pada masanya, Abu Ismail Abdullah bin Muhammad Al-Anshâry rahimahullâh, berkata,

عُرِضْت عَلَى السَّيْفِ خَمْسَ مَرَّاتٍ، لَا يُقَالُ لِي: ارْجِعْ عَنْ مَذْهَبِك، لَكِنْ يُقَالُ: لِي اُسْكُتْ عَمَّنْ خَالَفَك، فَأَقُولُ: لَا أَسْكُتُ

“Saya diperhadapkan kepada pedang sebanyak lima kali. Tidak dikatakan kepadaku, ‘Rujuklah dari madzhabmu,’ tetapi dikatakan, ‘Diamlah dari siapa saja yang menyelisihimu,’ maka Saya berkata, ‘Saya tidak akan diam.’.” [8]

Muhammad bin Ibrahim Al-Wazîr rahimahullâh berkata,

ولو أن العلماء رضي الله عنهم تركوا الذبَّ عن الحق خوفاً من كلام الخلق، لكانوا قد أضاعوا كثيراً، وخافوا حقيراً

“Dan Andaikata para ulama -semoga Allah meridhai mereka- meninggalkan pembelaan terhadap kebenaran karena takut terhadap ucapan makhluk, mereka telah menelantarkan banyak (hal) dan mengkhawatirkan sesuatu yang hina.” [9]

Oleh karena itu, Saya sendiri akan melanjutkan bantahan-bantahan terhadap Ustadz Firanda secara ilmiah, insya Allah, sebagaimana pepatah daerah yang dalam bahasa Indonesia berbunyi, “Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai”.

Silakan Ustadz Firanda melanjutkan usaha yang telah Dia mulai.

Saya menasihatkan agar bersikap lebih tenang, meneliti letak kemashlahatan, dan tidak tergesa-gesa, serta menimbang setiap huruf yang dituliskan dan memperhitungkan akibat dari suatu pemikiran.

Saya tidak akan meladeninya pada setiap saat karena memang Saya juga punya banyak kegiatan dan tanggung jawab.

Akan tetapi, Saya akan memberi waktu agar Ustadz Firanda bisa berpikir dan merenungi bantahan yang menguraikan penyimpangan pemikirannya.

Semoga Allah memberi hidayah kepada Ustadz Firanda untuk rujuk ke jalan yang lurus.

 

 

 

Keempat, dalam tulisan ke-9 dan ke-10, Ustadz Firanda menyebut delapan belas tanggapan terhadap kritikan Saya.

Insya Allah, beberapa tanggapan nanti akan Saya bahas dalam tulisan-tulisan mendatang. Terdapat sedikit perkara yang tidak penting. Akan tetapi, kebanyakan dari delapan belas tanggapan itu, kalau dijelaskan lagi, Saya khawatir kembali ada yang membisikkan kepada Ustadz Firanda, “…, walaupun terbang.”

Imam Asy-Syâfi’iy rahimahullâh telah berucap indah,

اللَّبِيبُ الْعَاقِلُ، هُوَ الْفَطِنُ الْمُتَغَافِلُ

“Seorang yang cerdas lagi berakal adalah orang yang segera memahami lagi seakan-akan tidak tahu.” [10]

Akan tetapi, ada dua masalah akan Saya tanggapi di sini. Salah satunya sangatlah penting untuk segera Saya jelaskan. Saya memang sudah mencari tempat yang cocok untuk segera menjelaskannya sebagai bentuk keadilan dan tidak menzhalimi. Alhamdulillah, ada kesempatan tepat untuk itu.

Masalah pertama, tentang Muhammad Hassan Al-Misry.

Ustadz Firanda berkata, “Al-Ustadz menyatakan Syaikh Muhammad Hasan diputar videonya di Radiorodja, serta syaikh-syaikh menyimpang yang lain…, bukankah ini kedustaan al-Ustadz?. Kalau bukan dusta tolong datangkan buktinya. Selain itu siapa lagi syaikh-syaikh yang menyimpang selain Syaikh al-Arifi yang diputar videonya di Radiorodja?”[11]

Juga di tulisan bagian ke-2, Ustadz Firanda berkata,

“Adapun pernyataan Al-Ustadz Dzulqornain kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzan bahwa Syaikh Muhammad Hassan Al-Mishri dan juga syaikh-syaikh bermasalah lainnya !!!.

Maka sebelumnya saya ingin penjelasan dari Al-Ustadz Dzulqornain apa maksudnya dengan “Syaikh-Syaikh yang tidak jelas lainnya selain al-‘Arifi dan Muhammad Hasaan??” Siapa saja mereka??. Agar saya bisa memberi masukan kepada pihak Radio Rodja.

Adapun Syaikh Muhammad Hassan, maka tidak pernah ditayangkan di Rodja TV –demikian informasi yang telah saya tanyakan langsung ke para kru Rodja-. Karenanya informasi ini yang telah disampaikan oleh Al-Ustadz Dzulqornain kepada Syaikh Fauzan merupakan informasi yang bohong. Kami sangat kawatir akan terbayangkan kepada Syaikh Fauzan bahwasanya Radio Rodja ikut politik mengingat Syaikh Muhammad Hassan ikut dalam kancah politik !!”[12]

 

Tanggapan

Pertama, jauh hari sebelum menulis surat kepada Syaikh Shalih Al-Fauzân hafizhahullâh, Saya mempersiapkan data-data untuk penulisan, termasuk rekaman sebagian dai yang tampil di TV Rodja. Data rekaman tersebut Saya peroleh dari internet dan Saya simpan pada suatu folder di laptop saya. Seingat Saya, ada rekaman Muhammad Al-‘Arîfy dan Muhammad Hassan. Hal ini yang melekat di ingatan Saya.

Kemudian, saat umrah pada akhir Jumadal Ulâ 1434 H/akhir Maret 2013 M, Saya bertemu dengan Ustadz Firanda di Madinah. Ketika terjadi pembicaraan, Saya sempat mengkritik keberadaan Muhammad Al-‘Arîfy dan Muhammad Hassan di Rodja. Pada waktu itu, Ustadz Firanda tidak mengingkari, bahkan menambahkan satu nama baru, yaitu Shalih Al-Maghâmisy, meski Ustadz Firanda sendiri mengaku telah menasihati kru Rodja agar tidak menampilkan Shalih Al-Maghâmisy.

Karena hal tersebut sudah melekat di ingatan Saya, ketika menulis surat kepada Syaikh Shalih Al-Fauzân pada sekitar awal Sya’ban, Saya tidak lagi memeriksa kembali folder yang Saya simpan itu.

Setelah Ustadz Firanda menerjemahkan surat kepada khalayak umum dan meminta klarifikasi tentang hal tersebut, barulah Saya memeriksanya pada beberapa hari yang telah berlalu. Ternyata, folder yang Saya cari tidak Saya temukan karena memang, selama menunaikan ibadah haji, laptop Saya dipakai oleh anak-anak dan sebagian saudara.

Setelah beberapa waktu mencari di internet, Saya hanya menemukan tautan video Muhammad Al-Arîfy di situs Youtube dengan user tvrodja[13].

Adapun Muhammad Hassan, sama sekali tidak Saya temukan.

Oleh karena itu, saya beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dari hal tersebut. Saya menegaskan rujuk dari hal tersebut dan memohon maaf akan kesalahan ini.

Insya Allah, Saya akan meluruskan hal tersebut kepada Syaikh Shalih Al-Fauzân hafizhahullâh.

Adapun berkaitan dengan penerjemahan surat pribadi Saya kepada Syaikh Shalih Al-Fauzân hafizhahullâh yang telah tersebar, yang menanggungnya adalah penerjemahnya, yaitu Ustadz Firanda. Karena, dalam penulisan yang akan dibaca oleh khalayak umum, kebiasaan Saya adalah mendetailkan pembahasan seperti itu dengan menyebutkan sumber rujukan sebagaimana yang telah Saya lakukan dalam buku Saya, Antara Jihad dan Terorisme, ketika membantah para pemikir yang memicu kemunculan terorisme, dengan menyebut rujukan ucapan-ucapan mereka.

Kalau Ustadz Firanda menganggap kesalahan tersebut sebagia kedustaan, itu adalah urusan Ustadz Firanda. Akan tetapi, Saya sendiri tidak menghalalkan dusta terhadap orang kafir, apalagi terhadap seorang muslim. Hal itu murni Saya anggap kesalahan sebagai manusia.

Semoga Allah mengampuni segala kesalahan dan merahmati Saya dalam setiap kekurangan dan kelemahan Saya.

 

Kedua, tentang ucapan Ustadz Firanda, “Kami sangat kawatir akan terbayangkan kepada Syaikh Fauzan bahwasanya Radio Rodja ikut politik mengingat Syaikh Muhammad Hassan ikut dalam kancah politik !!”

Harus diketahui bahwa, tanpa penyebutan Muhammad Hassan pun, kekhawatiran tersebut mungkin akan lebih besar dengan keberadaan Muhammad Al-Arify. Sebab, Muhammad bin Hassan adalah orang Mesir, sedangkan Muhammad Al-Arîfy berdomisili di Riyadh, Arab Saudi. Selain itu pula, fatwa-fatwa Al-Arîfy telah jelas mengajak kepada kudeta dan mendukung beberapa gejolak di Timur Tengah, serta keberadaannya dalam jamaah Ikhwanul Muslimin.

Insya Allah, kita akan menerangkan tentang Muhammad Al-Arîfy dalam pembahasan muwâzanah Ustadz Firanda, juga dalam tulisan Memeriksa Orang-Orang Bermasalah yang Dibela oleh Firanda.

Sebagai tambahan lagi, Ihyâ` At-Turâts adalah mirip atau lebih besar bahayanya daripada Muhammad Al-Arîfy dalam hal tersebut sebagaimana yang akan kita bahas pada tempatnya.

 

Masalah kedua, berkaitan dengan Syaikh Shalih As-Suhaimy hafizahullâh.

Kalau Ustadz Firanda tidak menganggap Syaikh Shalih As-Suhaimy hafizahullâh sebagai ulama besar. Itu urusan Ustadz Firanda. Namun, alasan yang dia sebutkan adalah hal yang sangat aneh.

Syaikh Shalih As-Suhaimy hafizahullâh adalah salah satu ulama yang paling tawadhu yang pernah Saya jumpai. Keberadaan beliau yang mengajarkan buku ulama di bawah tingkatan beliau tidaklah menunjukkan bahwa beliau bukanlah salah seorang ulama kibâr, demikian pula ketika beliau tidak menyebut diri beliau sebagai ulama besar.

Adapun Syaikh Shalih Al-Fauzân hafizhahullâh, pandangannya berbeda dengan Ustadz Firanda. Syaikh Shalih Al-Fauzân hafizhahullâh berkata,

كذلك من العلماء البارزين الذين لهم قدم في الدعوة، فضيلة الشيخ عبدالمحسن العباد، فضيلة الشيخ ربيع هادي، كذلك فضيلة الشيخ صالح السحيمي، كذلك فضيلة الشيخ محمد أمان الجامي، إن هؤلاء لهم جهود في الدعوة والإخلاص، والرد على من يريدون الإنحراف بالدعوة عن مسارها الصحيح، سواء عن قصد أو عن غير قصد، هؤلاء لهم تجارب ولهم خبرة ولهم سبر للأقوال ومعرفة الصحيح من السقيم، فيجب أن تُروَّج أشرطتهم ودروسهم وأن ينتفع بها؛ لأن فيها فائدة كبيرة للمسلمين.

“Demikian pula, di antara ulama terkemuka yang memiliki “kukuhan kaki” dalam dakwah (adalah) Fadhîlatusy Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbâd, Fadhilatusy Syaikh Rabî’ bin Hâdy, Fadhilatusy Syaikh Shalih As-Suhaimy, dan Fadhîlatusy Syaikh Muhammad Amân Al-Jâmy. Sesungguhnya mereka mempunyai jasa-jasa dalam hal dakwah dan keikhlasan, serta membantah siapa saja yang ingin memalingkan dakwah dari jalannya yang benar, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Mereka memiliki berbagai berpengalaman, mempunyai keahlian dan penelitian mendalam terhadap perkataan-perkataan (yang menyimpang), serta pengetahuan terhadap (pembedaan antara) yang benar dan yang keliru. Oleh karena itu, wajib menyebarkan kaset-kaset dan pelajaran-pelajaran mereka serta mengambil manfaat darinya karena padanya terdapat faidah besar bagi kaum muslimin.”[14]

 

 

 

Kelima dan terakhir, jika menganggap dirinya benar dan berada di atas jalan yang lurus, seseorang tidaklah perlu panik dan khawatir terhadap pembicaraan, bantahan, maupun celaan manusia. Cukuplah hal itu dihadapi dengan ketakwaan dan kesabaran, niscaya Allah Ta’âlâ menjamin perlindungan bagi mereka. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

“Sesungguhnya, siapa saja yang bertakwa dan bersabar, niscaya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” [Yûsuf: 90]

Juga Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,

وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

“Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidaklah membahayakan kalian. Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu yang mereka kerjakan.” [Âli ‘Imrân: 120]

Juga jika memang seseorang memiliki aqidah yang benar, manhaj yang lurus, dan niat yang ikhlas. Allah telah berfirman,

إِنْ يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِمَّا أُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Jika Allah mengetahui ada kebaikan di dalam hati kalian, niscaya kepada kalian Dia akan memberikan sesuatu yang lebih baik daripada sesuatu yang telah diambil dari kalian, dan Dia akan mengampuni kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Anfâl: 70]

Oleh karena itu, Saya memandang bahwa sikap panik dan ancaman-ancaman Ustadz Firanda adalah hal yang bukan pada tempatnya dan cenderung gegabah, serta tidak ilmiah dan tidak memikirkan kemashlahatan. Saya khawatir bahwa ancaman-ancaman itu adalah cerminan perasaan Ustadz Firanda yang selalu merasa benar dan tidak mau dikritik, apapun bentuk kritikan tersebut.

 

 

Tambahan

Setelah menulis tulisan di atas, ternyata Ustadz Firanda sudah mengeluarkan bantahan terhadap tulisan Saya bagian ke-2.

Seluruh isi tulisannya adalah di luar dugaan dan sangkaan baik Saya. Saya menganggap bahwa seorang muslim itu gampang mengakui kesalahan, karena mengakui kesalahan adalah suatu keutamaan, bukan celaan sama sekali. Telah masyhur ucapan Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhumâ tatkala beliau mengalah dan menyerahkan urusan khilafah kepada Mu’âwiyah radhiyallâhu ‘anhu sehingga tahun tersebut disebut sebagai “Tahun Persatuan”. Ketika ada yang mencela Al-Hasan radhiyallâhu ‘anhumâ dalam hal tersebut, beliau bertutur,

الْعَارُ خَيْرٌ مِنَ النَّار

“(Menanggung) celaan adalah lebih baik daripada (menanggung) neraka.” [15]

Namun, ternyata Ustadz Firanda tidak seperti itu.

Bantahan yang baru Ustadz Firanda tampilkan tersebut menggambarkan beberapa hal:

1. Ketergesa-gesaan, panik, dan membabi buta.

2. Membangun bantahan di atas kaidah “kambing, walaupun terbang”.

3. Membangun bantahan di atas cara-cara pendalilannya yang miring dan jauh dari metode ilmiah.

 

Oleh karena itu, sekali lagi, sangat tidak pantas meladeni Ustadz Firanda, baik dalam tulisan ilmiah maupun dialog.

Akan tetapi, karena kenistaan pemikirannya yang sudah tersebar, Saya akan tetap memuat bantahan untuk menjelaskan kebenaran dan membela manhaj Salaf dengan membantah pemikiran-pemikiran tersebut secara fokus. Wallâhu Al-Musta’ân.

 

Semoga Allah senantiasa mengampuni segala kesalahan Kita dan selalu memberi hidayah kepada Kita semua di atas jalan yang lurus.



[1] Diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Abi Syaibah sebagaimana dalam Ithâf Al-Khîrah Al-Maharah, Abu Ya’lâ, dan Al-Baihaqy dari Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahîhah no. 1795.

[2] Disebutkan oleh Al-Baihaqy dalam Syu’abul Îmân 2/49 tahqiq Mukhtâr An-Nadwy.

[6] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dan Ibnu Majah. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dan Syaikh Muqbil.

[7] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy, Ibnu Mâjah, dan selainnya. Dishahihkan oleh Al-Albâny dalam Ash-Shahîhah no. 143.

[8] Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Dza`il Thabaqât Al-Hanâbilah 3/53-54, Adz-Dzahaby dalam Târikh Al-Islâm 33/54-55, dan Ibnu Muflih dalam Al-Âdâb Asy-Syar’iyyah 1/227.

[9] Al-‘Awâshim Wa Al-Qawâshim Fî Adz-Dzabbi ‘An Sunnati Abil Qâsim 1/24.

[10] Diriwayatkan oleh Ibnul Muqri` dalam Mu’jam-nya no. 66, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 9/123 dan Al-Baihaqy dalam Syu’abul Îmân 10/575.

[14] Dari kaset Al-As`ilah As-Suwaidiyyah sebagaimana dalam Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal. 19-20.

[15] Disebutkan oleh Ibnu Abdil Bârr dalam Al-Istî’âb, Adz-Dzahaby, dan Al-Mizzy dalam biografi Al-Hasan radhiyallâhu ‘anhumâ.

  • facebook
  • googleplus
  • twitter
  • linkedin
  • linkedin
Previous «
Next »

47 Comments Already

  1. alhamdulillah ya ustadz semoga tidak salah penilain saya, sesungguhnya ini adalah jalan awal untuk persatuan…semoga allah selalu merahmati antum dan memilih antum menjadi pemersatu dakwah ini…dan membalasnya dengan apa apa yg menyejukan pandangan amin

  2. Subhanallah..
    Semoga Allah senantiasa meluruskan keikhlasan, menambah kesabaran & ketakwaan ustadz
    Masyaallah ustadz, begitu cepatnya ustadz beristigfar & meminta maaf akan kesalahan,. semoga Allah mengampuni kesalahan2mu ya ustadz
    barakallahufiik.. jazakallah khairan katsir nasihat2nya ustadz

  3. masya allah ustadz Dzulqarnain begitu mudah untuk mengakui kesalahan!!!!!! masya allah saya takjub ya ustadz..tulisannya begitu ilmiah sejak bagian pertama berkali2 saya membaca tdk ada bosan krn masya allah begitu bnyk faidah.ustadz saya doakan smoga ustadz slalu dirahmati Allah slalu istiqamah sehingga dakwah salafiyyah smakin jaya.aku padamu taaddzzz..ya Allah tolong yah para fans firandabaca tulisannya ust dzul dengan teliti&seksama!!!

  4. Masya Allah! Barakallahu fiykum.

  5. Semoga Terjadi islah antara antum berdua, Antum berdua adalah panutan umat. hendaklah berjiwa besar dalam menyelesaikan masalah, dan ana yakin antum berdua jauh lebih faqih dalam ham ini. barokallohufiykum

  6. @berkacalah.. Persatuan hakiki di dalam Islam adalah Persatuan di atas al haq bukan bersatunya kebatilan (syubhat) dengan al haq. Karena Allah melarang mencampurkan yang haq dan yang bathil. “sikap lembut” al ust dzuqarnain terhadap turatsiyyun adalah hal yang mereka harapkan akan tetapi mereka tidak mau jika diajak meninggalkan Ali Hasan Al halaby dan sepaham dengannya. kebenaran adalah hal yang haq untuk diiukti Hatta hati condong “dekat” kepada pengusung Syubhat terelbih kesesatan. Saatnya memfirasati diri sudah sejauh mana manhaj ini dengan manhaj para salaf dan ‘ulama.. Baarokallaahu fiyk

  7. آمين

  8. Jazakallahu Khairan ustadzuna, Semoga Allah selalu menambah ilmu dan ketaqwaan kepada ustadz..amiin….

  9. Bismillah. Subhanalloh sangat lembut hati seorang muslim yg mau mengakui kesalahan. Di banding org yg sdh menganggap dirinya sdh di jajaran sekelas ulama tdk mau mengakui kesalahan,. Smoga Alloh menjagamu ust dan selalu meridhoi jalanmu.. Tetaplah membersihkan agama ini dari orang-orang yg membuat rancuh dan ingin melariskan” ulama” yg banyak penyimpangannya

  10. Bismillah.. Allohu akbar hanya orang yg berhati besar dan jujur yg mau mengakui kesalahan. Smoga Alloh menjgamu dan membalas kebaikan dari setiap huruf yg kau tuliskan utk menjelaskan penyimpangan.

  11. Allahu akbar
    Tulisan yg kokoh,jernih, dan ilmiah. Begitu ksatria antum ya Ustadz mengakui kekhilafan. Kita tunggu sikap ksatria ust Firanda utk ruju’ dan bertaubat.

  12. وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا [١٧:٥٣]
    Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.

  13. Semoga Allah senantiasa mengampuni segala kesalahan Kita dan selalu memberi hidayah kepada Kita semua di atas jalan yang lurus.( Doa ustadz Dzul di akhir tulisan )…aamiin

  14. Alhamdulillah ‘ala kulli hal…semoga الله menjaga ust.dzulqornain..Afwan apa nggak sebaiknya ustadz firanda diajak ke syekh Robi’ (semoga الله menjaga beliau) untuk menyelesaikan ketidak sepakatan ust firanda dgn syekh & ust firanda bisa mengklarifikasi tentang roja’ apa yg dianggapnya salah. Sehingga bisa menjaga kehormatan Syekh Robi’ ….mumpung syekh masih bisa ditemui di dunia.

    • Memangnya ust Firanda gak malu bertemu syaikh yang telah dinistakannya dengan tulisan ust Firanda yg telah tersebar ke seantero dunia?

      Kalau mau mengklarifikasi keterangan, mengapa tidak dilakukan sebelum tulisan penistaan itu keluar???

    • Akhi @Abdullah , Pintu taubat masih terbuka luebaaar buat alUstadz Firanda Andirja, MA sebelum nyawa2 yang bersangkutan di kerongkongan (ghor2 sakaratul maut) . Kullu bani adam khoto (berbuat salah) maka istighfar bertaubat minta ampunlah kepada Alloh Yang Maha Pengampun

  15. ust, data antm tidak valid lagi nih, tvrodja itu bukan akun resmi rodja tv di youtube….
    allahul musta’an

  16. masyaallah,tulisan yg khimad dan lembut namun bernuansa kritikan dan kekhilafan sebagaimana manusia biasa…

    ana doakan antum berdua ustadzuna bisa sejalan dlm dakwah kpd umat dlm menebar cahaya sunnah..
    aamiin…

  17. sungguh indah dan mendalam ke ilmuan beliau dalam menerangkan setiap permasalahan,,,saya berdoa mudah2 Allah Subhana Wata’ala memanjangkan umur beliau dan merahmati beliau lantaran ilmu dan hikmah serta saya berdoa mdh2han kedua orang tuanya di berikan pahala dan rahmat d karenakan didikannya kpd anak-anak dan menantu nya shingga melahirkan manusia2 yang beriman dan bertaqwa kpd Allah serta membela sunnah dari pemikiran2/faham2 yang menyimpang. Amin ya Robbal a’lamiin

  18. Alhamdulillah, tak henti-hentinya saya memuji kepada ALLAH…
    Demikian pula tidak pula saya bosan untuk mendoakanmu ya Ustadz, semoga ALLAH senantiasa menjaga dan mengokohkan antum di atas jalan yang lurus dalam membela agama ALLAH dan manhaj yang haq ini…

  19. Barakallahufiik ustadz…. semoga Allah menolong kebenaran dan ahlinya.

  20. @tafakur,
    akhi..mohon tidak mendahului ust. dalam berkomentar.
    Barokallahu fiikum

  21. Smga Allah menjaga kalian berdua ustaz dalam kebaikan… Smga akhir dari pertikaian ini adalah persatuan..

    • Na’am semoga setelah ini ust Firanda ruju’ dan bertaubat dari menistakan ulama pembawa panji Jarh Watta’dil, yang telah dipuji, direkomendasi, dan dihormati ulama kibar. Baru setelah itu bersatu dibawah panji dakwah Ahlussunnah dibawah bimbingan ulama rabbani. Barakallahufikum.

  22. Faqihul zaman Asy Syaikh Utsaimin rahimahullah , dalam sebuah acara dialog dengan para dokter… seseorang Moderator acara tersebut berkata di depan beliau, dan memuji beliau rahimahullah. ketika moderator tsb ( baru ) menyebutkan kalimat ” Asy Syaikh Utsaimin adalah anggota KIBARUL ‘ULAMA….” mk Asy Syaikh rahimahullaah langsung menimpali dan berkata “cukup cukup cukup ( 3x ).”
    ketika moderator tsb menyampaikan bhw pengenalan ini penting agar peserta dialog mengenal siapa beliau mk Asy syaikh rahimahullah menjawab ” TIDAK PERLU… “inilah Bukti ketawadhu’an ‘ulama yg tidak ingin disebut2 dan disanjung2.. hatta di depannya. Ahsan do’a kita utk al ust dzulqarnain , tanpa diketahui oleh yg didoakan. mustajab Insya Allaah.. wallahua’lam

  23. “Walaupun tidak menyetujui bantahan Saya terhadap Ustadz Firanda, Saya berharap agar seorang pembaca akan keluar dengan suatu faidah yang bisa dia ambil manfaatnya -meski hanya sebuah faidah- dari tulisan Saya untuk masa mendatang dalam kehidupannya.”

    MasyaAllah…kalau tulisan ini bukan keikhlasan untuk menuntun saudaranya ke jalan yang benar lalu apa lagi? semoga Allah menjaga antum, ustadz…

  24. Assalamu’alaikum ustadz
    semoga Allah senantiasa menjaga antum, memberkahi ilmu dan umur antum, serta menjadikan antum sebagai manusia yang bermanfaat bagi umat

    usul saja ustadz, akan lebih baik jika ustadz firanda diajak ketemuan duduk bareng bersama syaikh shalih fauzan.
    ini jauh lebih baik ketimbang ajakan dialog terbukanya, dan insya Allah lebih maslahat.
    di depan syaikh silahkan antum berdua memaparkan data yang antum berdua miliki serta keluarkan segala uneg-uneg yang selama ini mungkin tersimpan.
    insya Allah syaikh akan memberikan penilaian yang adil dan bijak.

    hayyakumullah
    wassalamu’alaikum

  25. Apa salahnya mendoakan kebaikan buat saudaranya muslim. Lihatlah rasulullah mendoakan Ibnu Abbas, dll. Para ulama demikian pula dlm karya2 mereka dg rahimakallah, barakallahu fikum. Majelis ulama senantiasa bertabur doa kebaikan untuk murid2 mereka. Harap dibedakan antara penghormatan dan doa. Barakallahu fikum

  26. Syaikh juga minta didoakan. Berikut kisahnya.
    Abu Khalid Abdul Karim berkisah, bhw ktk berada di studio radio, seseorang bernama Sa’ad sll brkata kpd Syaikh Utsaimin”smg Allah memberi balasan kpd anda dg kebaikan wahai syaikh, dan smg Allah merahmati kedua otang tua anda”. Syaikh berkata”amin, lalu utk saya mana?
    Akhirnya Sa’ad paham maksud Syaikh, dan brkata”semoga Allah merahmati anda dan orang tua anda, dan smg Allah mmberi blsn dg yg lbh baik kpd anda” Syaikh Utsaimin pun tersenyum dan tertawa. Kami pun trtawa bersama.
    (Arba’ah ‘Ashar ‘am ma’Assalamualaikum Samahatil ‘Allamah Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin-hal 63.
    Untaian Mutiara Kehidupan Ulama Ahlussunnah-hal 117)

  27. Ustadz ahsan dibawa ke meja lajnah saja atau ke hadapan syaikh fauzan.
    Ana kira ustadz firanda siap untuk ini, tinggal pihak ustadz yang bersedia atau tidak ? Karena semua merasa di bawah bimbingan ulama

    • kalo pengakuan saja semua orang bisa mengaku dibawah bimbingan syaikh…..akhirnya akan terjawab yang nampak dari yang sesungguhnya siapa yang dibawah bimbingan syaikh…..dan siapa yang hanya mengaku ngaku…..Barolkallohu fiik ustad Dzul….

  28. Uhibbuka fillah yaa ustadzuna ustadz dzulqarnain hafidzahulloh

  29. Barakallahufiikum. Jazakumullahu khairon atas tulisannya. Perbanyak pujian atas tulisan dari ustadz ahlus sunnah yang lain , insyaallah akan menambah kecintaan dan ukhuwah antum. Mencukupkan dengan tulisan2 dari al ustadz Luqman, Ust Ruwaifi dan Ust Askari untuk perkara2 yang sudah dibantah akan meninggalkan kesan seolah-olah lebih dibanding yang lain, Tulisan yang bermanfaat, insyallah

  30. Ya, mungkin Ustadz Firanda bisa dikatakan “tergesa-gesa”. Tapi mungkin karena waktu itu beliau mengira cukup meluruskan dengan tulisan ilmiah saja, tetapi masalah malah menjadi-jadi. yang kemudian mungkin beliau berfikir, alangkah dicukupkan untuk berbantah-bantahan dalam tulisan karena tidak ada ujungnya.
    Saya sebagai orang awam sedih melihat pertikaian antara ahlus sunnah. Alangkah baiknya al-Ustadz duduk bersama, ditengahi oleh Syaikh yang antum berdua akan menerima keputusan dari Syaikh tersebut.
    Mudah-mudahan setelah itu tidak adalagi permasalahan-permasalahan yang muncul seperti ini.. Aamiiiin
    Baarakallaahu fiikum

  31. Bismillah. Ibrahim at-Taimi rahimahullah berkata, “Tidaklah aku membandingkan ucapanku dengan perbuatanku kecuali aku khawatir termasuk orang yang didustakan.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1167)

  32. *asy syaikh bukhari hafizhahullah

  33. Uhibbuka fillah yaa ustadzuna ustadz dzulqarnain hafidzahulloh…
    Ingin Rasanya bertemu Antum…Semoga ALLAH Mudahkan Urusan antum..
    Pontianak ( Kalimantan Barat )

  34. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Manusia itu, sebagaimana telah dijelaskan sifatnya oleh Yang menciptakannya. Pada dasarnya ia suka berlaku zalim dan bersifat bodoh. Oleh sebab itu, tidak sepantasnya dia menjadikan kecenderungan dirinya, rasa suka, tidak suka, ataupun kebenciannya terhadap sesuatu sebagai standar untuk menilai perkara yang berbahaya atau bermanfaat baginya. Akan tetapi sesungguhnya standar yang benar adalah apa yang Allah pilihkan baginya, yang hal itu tercermin dalam perintah dan larangan-Nya…” (lihat al-Fawa’id, hal. 89)

  35. smg Ustd ALLOH meridhoi jln yg nt tempuh..tiada habis2nya ujian dan cobaan yg menimpa nt,tapi nt hadapi dg tegar dan penuh keiklasan Insyaalloh,smg ALLOh memberi keistiqomahan nt sampai bertemu dgNya kelak…amin…

  36. bismillah,. Alhamdulillah, sekarang semakin jelas mana yang salah mana yang benar, mana yang sunnah mana yang bid’ah.. Jazakallohu khoiron katsiron

  37. Masya Allah. Adkholaniyallaahu wa iyyak aljannah. Aamiin

  38. Allahulmustaan…

  39. MasyaAllah.begitu tenang dari alur paparan dari tulisan diatas .hanya itu yang dapat saya ucapkan. saya belum tahu banyak tentang manhaj salafi. Namun saya sering mengikuti tulisan-tulisan dari dakwah salaf. Saya berdoa agar kedua dari ustad tersebut bisa menemukan jalan keluarnya dari persoalan yang ada diantara mereka Aamiin….

  40. Islah… jangan sampai dakwah salaf pecah. Jangan buat kami dalam kebingungan.
    Ya Allah, berikan kefahaman kapadaku untuk mengikuti yang benar disisiMu.

  41. Alhamdulillah.. Jazakallah khaeron ustadz

Leave a Reply to Umarwoto Abu Ibrahim Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

− 5 = 3