• Homepage
  • >
  • Format
  • >
  • Tulisan
  • >
  • Idul Fithri sebagai Momen Menjaga Keutuhan Negeri [Khutbah Idul Fithri 1438 H]

Idul Fithri sebagai Momen Menjaga Keutuhan Negeri [Khutbah Idul Fithri 1438 H]

  • 7 Years ago

 

Idul Fithri Sebagai Momen Menjaga Keutuhan Negeri

[Khutbah Shalat Idul Fithri 1 Syawal 1438 H]

 

Oleh

Dzulqarnain M. Sunusi

[Pengasuh Pondok Pesantren As-Sunnah Makassar]

 

Lapangan Pallantikang Maros

 

 

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

أَمَّا بَعْـدُ ..

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.

 

Kaum muslimin dan muslimat, jamaah shalat Id yang Saya muliakan!

Marilah kita selalu memuji Allah dan menyanjung-Nya, bersyukur dan membesarkan-Nya, atas segala karunia dan nikmat yang tidak akan mungkin dihitung dan dijumlah,

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghinggakannya.” [Ibrâhim: 34, An-Nahl: 18]

Hari Id yang berbahagia ini adalah termasuk nikmat Allah yang wajib kita syukuri. Sebagaimana, kita telah melalui Ramadhan yang penuh dengan keutamaan dan keistimewaan. Sempurnakanlah kesyukuran akan segala nikmat ibadah dengan bergembira dengan-Nya sebagaimana firman Allah Ta’âlâ,

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

“Katakanlah, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’.” [Yûnus: 58]

 

Kaum muslimin dan muslimat,

Hari-hari kehidupan umat Islam bukanlah kehidupan yang sia-sia, bayang-bayang, atau fatamorgana yang berlalu tanpa arti, tetapi kehidupan ini adalah renungan, pelajaran, dan tanggung jawab. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ mengingatkan,

يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ

“Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. [An-Nûr: 44]

Juga Alah Maha Pengasih mengingatkan,

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. [Al-Furqân: 62]

 

Kaum muslimin dan muslimat yang Saya muliakan,

Bersama matahari yang terbit pada pagi hari Idul Fithri yang berberkah ini, Saya mengajak seluruh hadirin untuk merenungi beberapa pedoman hidup yang sangat kita perlukan sebagai warga negara Republik Indonesia yang sedang menghadapi berbagai ujian dan cobaan, suatu pijakan berharga dalam menata jiwa, meningkatkan kualitas hidup, serta menjaga keutuhan dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

 

Umat Islam yang saya hormati dan saya muliakan,

Termasuk pokok pelajaran yang harus diingat pada hari Id ini adalah menjaga kebersamaan dan memelihara keutuhan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kaidah agung dan simbol agama ini telah diingatkan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam dalam sebuah haditsnya,

الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ

Puasa itu adalah hari kalian berpuasa. Berbuka itu adalah hari kalian berbuka. Adhhâ itu adalah hari kalian ber-udh-hiyah.” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu]

Hukum agama yang disepakati oleh para ulama adalah bahwa penetapan hari Id adalah di tangan pemerintah karena pemerintah adalah lambang kebersamaan dan kesatuan. Sebagaimana, shalat berjama’ah diwajibkan terhadap laki-laki, shalat tarawih berjama’ah disyariatkan secara khusus di Ramadhan, serta syariat zakat fitri, zakat harta, dan ibadah haji, semua adalah pedoman dalam menjaga kebersamaan dan kesatuan.

 

Kaum muslimin dan muslimat,

Salah seorang pemimpin umat Islam sekaligus alim terpercaya yang pernah hidup pada masa dahulu: Imam Sahl bin Abdillah At-Tastury (wafat 283 H) pernah berucap kalimat yang layak ditulis dengan tinta emas. Beliau bertutur,

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَظَّمُوا السُّلْطَانَ وَالْعُلَمَاءَ ؛ فَإِذَا عَظَّمُوا هَذَيْنَ أَصْلَحَ اللَّهُ دُنْيَاهُمْ وَأُخْرَاهُمْ ، وَإِذَا اسْتَخَفُّوا بِهَذَيْنَ أُفْسِدَ دُنْيَاهُمْ وَأُخْرَاهُمْ .

“Manusia akan terus menerus berada di atas kebaikan selama mereka masih mengagungkan sulthan dan ulama. Tatkala mereka mengagungkan keduanya, Allah akan memperbaiki dunia dan akhirat mereka. Namun, apabila mereka menghinakan keduanya, mereka telah merusak dunia dan akhirat mereka sendiri.” [Tafsîr Al-Qurthuby]

 

Maka di tengah umat, ada dua komponen yang wajib dijaga di tengah umat agar terjaga pula kebersamaan dan kesatuan mereka:

Yang pertama, menghormati pemimpin.

Adanya pemimpin di tengah manusia adalah anugerah dari Allah dan terdapat hikmah besar di belakang hal tersebut. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ mengingatkan,

وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ

“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. [Al-Baqarah: 251]

Oleh karena itu hargailah dan muliakan pemimpin kalian sebagaimana perintah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam akan hal tersebut,

مَنْ أَكْرَمَ سُلْطَانَ اللهِ فِي الدُّنْيَا، أَكْرَمَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللهِ فِي الدُّنْيَا ، أَهَانَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang memuliakan sulthan Allah di dunia, Allah akan memuliakannya pada hari kiamat. (Namun) barangsiapa yang menghinakan sulthan Allah di dunia, Allah akan menghinakannya pada hari kiamat.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya]

Juga Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda,

تَسْمَعُ وَتُطِيْعُ لِلْأَمِيْرِ وَإِنْ ضَرَبَ ظَهْرَكَ وَأَخَذَ مَالَكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

“Kamu mendengar dan menaati penguasa, walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil hartamu, maka dengar dan taatlah.” [Diriwayatkan oleh Muslim dari Hudzaifah radhiyallâhu ‘anhu]

Bukan hal terlarang memberi nasihat kepada penguasa, tetapi sampaikan nasihat dengan jelas dan baik langsung kepada yang bersangkutan secara pribadi, sebagaimana sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam,

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِي سُلْطَانٍ فَلَا يُبْدِهِ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ يَأْخُذُ بِيَدِهِ فَيَخْلُو بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang menasihati penguasa, janganlah dia menampakkan (nasihat itu) secara terang-terangan, tetapi hendaknya dia mengambil tangan (penguasa tersebut) dan berduaan dengannya. Kalau (sang penguasa) menerima, itulah (yang diinginkan). Akan tetapi, jika (sang penguasa) menolak, dia telah menunaikan kewajibannya.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Âshim, Al-Hâkim, dan Al-Baihaqy]

Nasihat itu bukanlah dengan cara ribut-ribut dan berteriak-teriak di jalan dan menzhalimi manusia. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam mengingatkan,

مَنْ ضَيَّقَ مَنْزِلاً أَوْ قَطَعَ طَرِيْقًا أَوْ آذَى مُؤْمِنًا فَلَا جِهَادَ لَهُ

“Siapa saja yang mempersempit tempat singgah (seseorang), memutus jalan, atau mengganggu seorang mukmin, maka tidak ada jihad baginya.” [Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan selainnya dari Mu’âdz bin Anas radhiyallâhu ‘anhu]

 

Yang kedua, menghormati ulama.

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا

“Bukanlah dari umatku, orang yang tidak menghormati orang tuanya, (tidak) merahmati orang mudanya, dan (tidak) mengenal hak orang berilmu di kalangan kami.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Hâkim]

Pada lisan ulama, terdapat hujjah dan argumen dari Al-Qur`an dan As-Sunnah yang bisa menundukkan hati dan jiwa, sesuatu yang kaddang tidak bisa ditundukkan oleh pedang dan senjata. Oleh karena itu, seluruh kata “Sulthan” di dalam Al-Qur`an ditafsirkan oleh para ulama berkaitan dengan ilmu agama.

Namun, ketahuilah bahwa bukanlah dari ulama, siapa saja yang menjual ilmu untuk dunia yang hina atau menjilat kepada siapapun di antara manusia. Juga, tidak ada di dalam sejarah, dari kalangan shahabat, tabi’in, Imam Empat, dan selainnya, ada ulama yang mencela dan menghina penguasa, apalagi melakukan demonstrasi, perlawanan, dan kudeta.

Bahkan, para ulama membimbing umat untuk menjadi manusia terbaik dengan bimbingan ilmu mereka. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkan (Al-Qur`an).” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dari Utsman bin Affan]

 

Kaum muslimin dan muslimat,

Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullâh pernah mengungkap hakikat hari Id. Beliau berucap,

كُلُّ يَوْمٍ لَا يُعْصَى اللهُ فِيْهِ فَهُوَ عِيْدٌ

“Setiap hari yang tidak dikerjakan maksiat terhadap Allah pada (hari) itu maka itu adalah hari Id.” [Lathâ`iful Ma’ârif hal. 229]

Ketahuilah bahwa dosa adalah sebab yang merusak kebersamaan dan kesatuan. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam mengingatkan,

مَا تَوَادَّ اثْنَانِ في اللهِ أَوْ فِي الْإِسْلَامِ فَيُفَرَّقُ بَيْنَهُمَا إِلاَّ بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا

“Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah atau karena keislaman, kemudian dipisahkan, kecuali karena dosa yang dilakukan oleh salah seorang di antara keduanya.” [Diriwayatkan dari beberapa orang shahabat]

Kewajiban kita semua adalah meninggalkan segala dosa dan maksiat. Allah Ta’âlâ berfirman,

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kalian mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian (dosa-dosa kalian yang kecil) dan Kami masukkan kalian ke tempat yang mulia (surga).[An-Nisâ`: 31]

Dosa terbesar yang mengakibatkan permusuhan dan kebencian di dunia dan di akhirat adalah adalah kesyirikan. Oleh karena itulah Allah Ta’âlâ telah memperingatkan agar menjauhi jalan kaum musyrikin,

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ.

“Dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang berbuat kesyirikan kepada Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. [Ar-Rûm: 31-32]

Ketahuilah, segala kesyirikan dalam bentuk berdoa kepada selain Allah, menyembelih untuk penghuni kubur, mendatangi tempat-tempat yang dikeramatkan, dan sejenisnya adalah pembatal keislaman dan penghancur segala amalan,

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (wahai Nabi Muhammad) dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika kamu berbuat kesyirikan (kepada Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’. [Az-Zumar: 65]

Telah diharamkan surga bagi pelaku kesyirikan,

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang berbuat kesyirikan kepada Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun. [Al-Mâ`idah: 72]

Selalulah mengingat dengan baik bahwa kesyirikan adalah kebinasaan di atas kebinasaan,

حُنَفَاءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ

“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. [Al-Hajj: 31]

Termasuk sebab permusuhan dan kebencian: mendatangi dukun dan paranormal. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَتَى كَاهِنًا، أَوْ عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau paranormal, lalu membenarkan ucapan (dukun atau paranormal) itu, sungguh dia telah kafir terhadap (risalah) yang diturunkan kepada Muhammad.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Hâkim]

Ingatlah juga bahwa minuman keras dan judi adalah sumber permusuhan dan kebencian,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah kejelekan yang termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kalian (dari mengerjakan pekerjaan itu).” [Al-Mâ`idah: 90-91]

Termasuk masalah besar yang menimpa manusia pada masa kini adalah kebiasaan mengadu domba, menebar kebencian, dan menyiarkan berita-berita dan hoax yang mengundang permusuhan, padahal Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah mengingatkan,

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” [An-Nûr: 19]

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda pula,

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِى بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seorang hamba berbicara berupa suatu kalimat yang tidak dia perjelas, dia terhempas disebabkan oleh kalimat itu ke dalam neraka sejauh timur dan barat.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâriy dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu]

 

Kaum muslimin dan muslimat,

Tanpa terasa waktu terus bergulir. Bulan kemarin kita bergembira dengan hadirnya Ramadhan, dan hari ini kita telah berpisah dan ditinggalkan oleh Ramadhan. Tiada yang mengetahui apakah kita masih diberi kesempatan untuk berjumpa kembali dengan Ramadhan pada tahun mendatang. Itulah hari-hari kehidupan ini: ada yang datang dan ada yang pergi, ada yang hadir ada pula yang hilang. Akan tetapi, yang pasti adalah umur terus berkurang, ajal pasti akan menjemput, dan kita semua akan menghadap kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kalian dikembalikan. [Al-‘Ankabût: 57]

Perbaharuilah lembaran-lembaran kehidupan yang segala hasilnya kembali kepada kita juga,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya. [Fushshilat: 46]

 

Kaum muslimin dan muslimat, para pemimpin dan orang tua,

Hidup ini adalah kesempatan dan amanah. Terdapat kewajiban yang terpikul pada pundak seseorang yang diberi amanah kepemimpinan dan tanggung jawab.

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam mengingatkan,

مَا مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً، فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ، إِلَّا لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ

“Tidaklah seorang hamba diberi tanggung jawab oleh Allah dengan suatu tanggung jawab, kemudian dia tidak menjaga (tanggung jawab) itu secara tulus dan maksimal, kecuali bahwa dia tidak akan mencium bau surga.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari Ma’qil bin Yasar. Lafazh hadits adalah milik Al-Bukhâry]

Juga Allah Jalla Jalâluhu berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap segala sesuatu yang (Allah) perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan segala hal yang diperintahkan.” [At-Tahrîm: 6]

 

Wahai para pemuda dan pemudi harapan umat,

Kalian adalah buah hati dan harapan umat, jadilah orang yang paling bermanfaat bagi manusia, dan jadilah orang-orang yang berberkah di manapun kalian berada sebagaimana keberadaan Nabi Isa ‘alaihis salâm yang berkata,

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ.

“Dan Dia menjadikanku sebagai orang yang diberkahi di mana saja aku berada.” [Maryam: 31]

 

Kaum muslimat, para perempuan yang beriman,

Kecantikan hakiki bukanlah pada wajah, jasad, dan pakaian. Kecantikan sesungguhnya adalah ketakwaan hati dan akhlak yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’âlâ telah memuliakan para perempuan dengan hijab dan kehormatan. Oleh karena itu, janganlah mengikuti para perusak yang menyesatkan perempuan,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Dua golongan dari penduduk neraka, yang aku belum pernah melihat keduanya: suatu kaum yang membawa cambuk-cambuk seperti ekor-ekor sapi, dia memukul manusia dengan (cambuk-cambuk) itu, dan para perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, menyesatkan orang lain, bersisir seperti pezina, kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring. Mereka tidak akan dimasukkan ke dalam surga dan tidak akan mencium bau (surga), padahal bau (surga) bisa dicium dari jarak begini dan begini.” [Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu]

 

Kaum muslimin dan muslimat yang takut dari api neraka,

Takwa adalah sebab kesejahteraan suatu negeri,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu maka Kami menyiksa mereka disebabkan oleh perbuatan mereka.” [Al-A’râf: 96]

Seluruh kebersamaan dan kecintaan hanyalah bermanfaat pada hari Kiamat dengan takwa,

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. [Az-Zukhruf: 67]

 

Kaum muslimin dan muslimat yang memiliki kelembutan hati dan kasih sayang,

Pada hari yang berbahagia ini, ada sejumlah kaum muslimin menghadiri hari Id ini dengan linangan air mata dan berliput duka dan nestapa. Oleh karena itu, ulurkanlah tangan kebaikan dan tuangkanlah dari ketulusan hati kepada saudara-saudara seagama. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُون إِلّا بِضُعَفَائِكُمْ

“Tidaklah kalian mendapat pertolongan dan kelapangan rezeki, kecuali dengan sebab (memperhatikan) orang-orang lemah di antara kalian.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dari Sa’d bin Abi Waqqâsh radhiyallâhu ‘anhu]

Juga janganlah lupa kepada kaum muslimin di berbagai belahan dunia yang diliputi oleh berbagai kesedihan dan cobaan. Curahkanlah doa dan bantuan untuk mereka. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

المُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Seorang mukmin bagi mukmin yang lain seperti bangunan, yang sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallâhu ‘anhu]

 

Mari kita berdoa kepada Allah, semoga Allah Subhânahu wa Ta’âlâ  selalu menjaga kita semua di atas kebaikan dan kebersamaan, dan menghindarkan kita dari segala musibah dan petaka.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu agar Engkau menerima amalan puasa, shalat, zakat, sedekah, bacaan Al-Qur`an, i’tikaf, dan segala amalan shalih, serta jadikanlah amalan-amalan tersebut sebagai pembebas leher-leher kami dari api neraka.

Ya Allah, jagalah seluruh pemimpin kami di atas ketaatan, berilah mereka kekuatan dan taufiq dalam mengadakan kebaikan di negeri kami, serta selalulah bimbing mereka kepada ridha-Mu.

Semoga, pada setiap tahunnya, kaum muslimin dan muslimat selalu berada di atas kebaikan dan ketakwaan, tergolong ke dalam Al-Fâ`izin ‘orang-orang yang beruntung’ dan Al-Â’idin ‘orang-orang yang terlahir kembali, bersih dari dosa’.

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صَالِحَ الْأَعْمَالِ، وَصَلَّى اللهُ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا مَزِيدًا.

 

  • facebook
  • googleplus
  • twitter
  • linkedin
  • linkedin
Previous «
Next »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

+ 21 = 31