Bismillah, Ustadz tolong terangkan bagaimana sebuah hadits dikatakan dha’if, palsu, atau shahih, dan bagaimana dengan hadits ini: Doa malaikat Jibril menjelang Ramadhan,
“Ya Allah, abaikanlah puasa umat Muhammad jika sebelum Ramadhan dia tidak memohon maaf kepada kedua orang tuanya, tidak bermaafan antar suami-istri, tidak bermaafan dengan saudara-saudaranya dan orang-orang di sekitarnya,” Rasulullah pun mengaminkan sebanyak tiga kali.
Jika dha’if, dari mana mengetahui kedha’ifannya? Syukron.
Jawab:
Suatu hadits yang dikatakan sebagai hadits shahih, lemah, atau palsu memilki ketentuan detail di kalangan ulama hadits. Rinciannya ada dalam buku-buku yang memuat tentang musthalah hadits. Adapun hadits yang ditanyakan, saya hanya mengetahui hadits Abu Hurairah dengan lafazh,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَقَى الْمِنْبَرَ فَقَالَ: “آمِينَ، آمِينَ، آمِينَ” قِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! مَا كُنْتَ تَصْنَعُ هَذَا؟ فَقَالَ: ” قَالَ لِي جِبْرِيلُ:رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا لَمْ يُدْخِلْهُ الْجَنَّةَ. قُلْتُ: آمِينَ. ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ. فَقُلْتُ: آمِينَ. ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ ذُكرتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، فَقُلْتُ: آمِينَ “
“Sesunggunnya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, ‘Amin, Amin, Amin.’ Ditanyakan kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, engkau tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya.’ Beliau menjawab,
‘Jibril berkata kepadaku, ‘Celakalah seorang hamba yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu (di antara kedua orang tua)nya, tetapi tidak memasukkan (orang tua)nya ke dalam surga.’ Aku pun berkata, ‘Amin.’ Kemudian Jibril berkata, ‘Celakalah seorang hamba yang Ramadhan masuk kepadanya, tetapi kemudian dia tidak diampuni.’ Aku pun berkata, ‘Amin.’ Kemudian jibril berkata, ‘Celakalah seseorang yang engkau disebut di sisinya, tetapi kemudian dia tidak bershalawat untukmu.’ Aku pun berkata, ‘Amin.’.’.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dalam Al-Adab Al-Mufrad, At-Tirmidzy, Ibnu Hibbân, dan selainnya.
Bismillah,
Ustadz afwan, untuk terjemah hadits di atas: Celakalah seorang hamba yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu (di antara kedua orang tua)nya, tetapi memasukkan (orang tua)nya ke dalam surga.’
apakah terjemahnya seharusnya seperti ini?
‘Celakalah seorang hamba yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu (di antara kedua orang tua)nya, tetapi “tidak” memasukkan (orang tua)nya ke dalam surga.’
Jazaakumullahu khair
Na’am, jazaakumullahu khairan atas perbaikannya. Barakallah fiikum.